BIFAN - My First Film Festival Experience
Cerita ini bermula ketika aku mencoba mencari-cari film apa saja yang
Ting-tong
Sore itu, aku mendengar notifikasi email masuk dari ipadku. Aku yang tak seberapa sibuk, segera menoleh ke arah layar berukuran 11 inch kesayanganku, sebuah email masuk dari sebuah entah itu perusahaan, atau event di Korea. Ya, aku yang tinggal di Korea, tak seberapa heran jika banyak email yang masuk menggunakan tulisan hangeul di emailku.
Aku segera berdiri, dan mengambil tablet pc berwarna putih keluaran perusahaan ternama di Amerika itu. Aku membaca sekali lagi, dari siapakah email masuk tersebut.
"Dua ribu enambelas, Bucheon Gukje Pantaseutik Yeonghwa Je, BIFAN" kataku mengeja kata demi kata dalam huruf korea itu, sontak aku segera bangkit , dan sujud syukur kepada Allah. Aku memang belum mengetahui isi dari email tersebut, tetapi aku mengetahui dengan jelas, siapakah BIFAN itu.
BIFAN, Bucheon International Fanstastic Film Festival. Dari namanya saja, kalian pasti sudah mengetahui, siapakah BIFAN itu. Iyaps! BIFAN adalah salah satu festival film yang sudah terdaftar secara international. Kenapa namanya BIFAN? Karena Bifan memang berlokasi di daerah Bucheon - salah satu daerah di ujung Seoul, Korea Selatan. Festival BIFAN ini sudah bisa dibilang festival besar, karena BIFAN sendiri sudah ada sekitar 20tahun yang lalu.
Aku segera mengecek email masuk tersebut, membaca dengan seksama isi didalamnya. "Pemberitahuan pengumuman Volunteer Bifan sudah dapat di cek di website hari ini, pukul 5 sore" kataku lirih. Aku segera menuju email volunteer BIFAN, dan memasukkan nama serta identitas diri dalam kolom-kolom yang diminta.
Sekali... Dua kali... Tiga kali... Aku tak dapat memasuki website tersebut. "Kenapa ini?" Batinku dalam hati. Aku tetap berdoa, semoga aku menjadi salah satu nominasi yang diterima untuk pagelaran akbar tersebut.
"Ya allah, semoga ada namaku" kataku lirih dan penuh harap. Beberapa menit setelah aku berhasil memasuki website terebut, aku melihat gambar sebuah piala dan kata-kata dibawahnya, "yes! Alhamdulillah ya allah, terimakasih ya allah" suaraku sedikit berteriak karena senang. Langkahku sebagai orang yang akan bekerja di dunia perfilman, maju sedikit lebih jauh. Aku sangat bahagia.
Aku segera mematikan layar komputer kantor ku, mematikan segala jenis listrik di dalam kantor itu, kemudian keluar dengan hati bahagia dan penuh syukur. "Allah mendengar satu doaku, lagi" kataku lagi, sembari menutup pintu kaca kantor tersebut.
***
Malam harinya, setelah aku sampai di rumah, aku memberitahukan kabar bahagia ini ke Ibu dan Ayahku melalui applikasi chatting, whatsapp. Ibu dan Ayahku berada di Indonesia, sehingga aku dan mereka jarang sekali bisa berkomunikasi secara tatap muka. Bahkan, sudah hampir 2 tahun, aku belum bertemu dengan Ayahku di Indonesia.
***
Keesokan hari nya, aku memberanikan diri untuk memberitahukan atasanku, tentang berita aku akan keluar dari kantor tersebut. Bukan untuk pulang ke Indonesia, tetapi aku beralasan tentang kuliah ku, tentang rencana ku yang ingin melanjutkan kuliah, agar aku bisa meraih mimpiku.
Aku berhasil keluar dari kantor 'neraka' itu, aku senangnya tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata hari itu. Bukannya aku malas bekerja, aku hanya ingin melanjutkan mimpiku sebagai cinematographer, mimpi yang telah aku bangun sejak aku berada di bangku sekolah dasar. Mimpi yang telah ada sejak aku berkumpul bersama para teman-teman kelas beraktingku saat itu.
***
Sehari setelah aku bisa keluar dari kantor tersebut, aku mengunjungi Bucheon, tempat dimana aku harus melangkahkan kaki ku untuk pertama kalimya di bidang yang memang sangat aku cintai.
Kamis, 9 Juni 2016. Itu adalah waktu dimana aku harus memulai karir pertama ku di bidang film fantasi sebagai volunteer crew film festival international. Hari itu memang belum goal nya, masih langkah awal. Tapiii aku benar-benar merasa bahwa god is so kind with me. Walaupun masih interview, rasanya sudah sangat senang sekali
Lets fall in love with your job, So you never like working
Ada sebuah pepatah yang pernah aku dengan, "cintailah pekerjaanmu, maka kamu tidak akan merasa seperti sedang bekerja" ya, aku ingin melakukan pekerjaan sesuai kata hati ku, sesuai apa yang aku cintai. God is Never Sleep, isnt it? Tuhan pasti sedang melihat usahaku dalam meraih apa yang aku cintai.
Sembari aku menunggu giliran interview ku, aku tak sengaja berjalan-jalan mengitari kantor film animasi tersebut. Aku berjalan mengikuti arah jalan sesuai dengan apa yang kakiku ingin melangkah. Aku berhenti melangkahkan kaki ku sejenak, ketika melihat sebuah bukit di belakang gedung kantor itu.
Apakah kau mengetahui bukit teletubbies? Buat kalian pecinta telletubies, kalian pasti tak asing dengan bukit tersebut.
Aku yang seketika menjadi anak-anak, segera berlari menuju bukit teletubbies tersebut, kemudian, aku berjalan mengelilingi taman tersebut. Sebuah taman yang indah, yang dihiasi oleh bunga-bunga tulip berwarna merah. Aku pernah menulis dan memberitahukan ke kalian, bunga favorit ku adalah bunga tulip. Apapun warna nya, aku sangat menyukai bunga tulip.
Aku mengambil tablet pc ku,memngambil beberapa gambar dari beberapa sudut taman itu. Dan kau tahu? Di sudut lain, terdapat sebuah ayunan dari kayu yang tersedia. Aku segera berlari menuju ayunan tersebut. Duduk, dan menyanyikan irama lagu yang ceria, sesuai dengan keadaan hatiku saat itu.
Ketika duduk di ayunan, hembusan angin sayup-sayup menjadi latar belakang utama hari itu. Seketika, beberapa ide membuat cerita pun, muncul hari itu.
"Menulislah apa yang ingin kamu tulis, jangan pernah berhenti menulis bagaimanapun keadaanmu kala itu"
Ya, seperti yang pernah Asma Nadia - seorang penulis novel Islami - katakan. Aku tak ingin berhenti menulis, bagaimanapun keadaanku. Aku kembali menyalakan Tablet PC ku, dan membuka applikasi tulis menulis itu. Menulis semua apa yang ada di dalam pikiranku. (Termasuk tulisan ini).
Angin berhembus semakin kencang, membuat ku yang tersadar, dengan sayu menutup mataku. Aku yang tak ingin tertidur kala itu, segera bangkit dan kembali berjalam-jalan mengelilingi taman itu, hingga akhirnya aku harus kembali menuju gedung itu. Gedung yang menjadi alasanku mengunjungi kota kecil nan indah yang terkenal dengan animasi nya, di pinggiran kota Seoul, South Korea ini.
***
Aku masuk ke gedung tersebut, dan seketika disapa oleh seseorang wanita korea berumur sekitar 30an, "Ayu-ssi?" Tanyanya, aku pun menganggukkan kepala sambil berkata 'ya' dalam bahasa korea.
Wanita tersebut menawariku jajanan dan minuman yang telah di sediakan di meja meeting itu. Aku menolaknya dengan lembut, karena hari itu bertepatan dengan hari ke dua di bulan Ramadan, tahun 2016.
Wanita itu menanyaiku macam-macam seputar 'puasa' ku, dan kemudian, beliau bersama temannya berbincang-bincang sebentar membahas sedikit tentang 'islam' dan 'indonesia' negaraku. 'Sebegitu terkenalkahnya indonesia dengan agama islam nya?' Pikirku dalam hati. Bangga? Iya, akan tetapi aku merasa 'untukmu agamamu, dan untukku agamaku' jadi aku tak ambil pusing dalam mempermasakahkannya.
Waktu menunjukkan pukul 15.20, seorang anak perempuan datang dan duduk di depanku. Dia mengambil jajanan dan minuman dari atas meja itu, kemudian dengan cerewetnya, berkenalan denganku.
Namanya, Hye Jin, Kim Hye Jin. Seorang gadis berumur setahun di bawahku. Anaknya cantik, fashionable, dan terlihat ceria itu membuatku sedikit iri. Aku iri karena akhir-akhir ini aku tak bisa kembali cerewet seperti dirinya dalam bahasa korea. Aku tak tahu penyebabnya, akan tetapi aku merasa, kemampuan berbahasa korea ku sedikit menurun hari itu, aku membenci hal itu.
Kami berdua berkumpul dalam ruangan interview yang sama. Seorang pria dan wanita menjadi peng-interview kami berdua. Mereka bilang, dari 8 orang kandidat, akan terpilih 6 orang, sehingga 2 orang akan tereliminasi. Aku pun berdoa, semoga 2 orang itu, bukanlah diriku.
"Bisa jelaskan alasanmu gabung bersama kami?" Tanya salah seorang interviewer laki-laki kepada kami berdua. Hye Jin menjawabnya dengan lancar dan penuh kepercayaan diri. Sedangkan aku?
Aku menjawab, "waktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, orang tua ku mengirimku ke sekolah akting di Indonesia, aku pernah mengikuti seni teater dan musical kala itu. Naturally aku sangat tertarik dengan dunia Film, sehingga aku memutuskan untuk mengambil jurusan Film ketika aku berada di Universitas. Aku sangat mengidolakan James Cameron, sehingga aku suka mengamati seluruh film nya. Karena Film nya sering masuk di Box Office, membuatku melirik ke film lain, Film Animation contohnya. Aku menyukai segala jenis film, akan tetapi jika aku diberi kesempatan untuk bisa membuat film, aku ingin membuat film dengan genre Horor dan Fantasy. Sehingga, membuat ku lebih sering menonton 2 genre film tersebut. Ketika menonton film animasi, saya mengetahui bahwa terdapat sebuah film fantasy festival di Korea. Dan karena aku berada di Korea, aku mencari tahu tentang festival itu. Dan seiiring berjalannya waktu, aku mengetahui ada sebuah pencarian volunteer untuk festival tersebut, finally, i decide to join that event. Aku ingin memperbanyak pengalamanku, dan aku ingin terus berkarya, dengan pengalaman-pengalaman yang berdasar dengan kisah nyata tersebut"
Kemudian, crew wanita itu memperkenalkan dirinya, beliau bertanya-tanya seputar pekerjaan yang akan kami lakukan di kemudian hari. Kesanggupan waktu kami dalam mengikuti acara tersebut, dan lain sebagainya.
Kalau bisa berkata jujur, aku sangat tegang. Karena Hye Jin dengan lantang berbincang-bincang dengan bahasa ibu nya. Sedangkan aku? Seorang foreigner, alien, orang asing yang memiliki mimpi dan harapan dalam festival film tersebut. Aku benar-benar menyukai bidang itu.
Jika ada yang bertanya, mengapa aku memilih korea? Karena aku rasa.... Karena kecintaanku terhadap negara operasi plastik. Negara dengan seribu satu wajah palsu itu, membius mindset ku. Aku mencintai negara ini, negara yang terkenal dengan Mugunghwa Flower, dan Flower Boys nya. Ya walaupun, Flower Boys itu cuma bisa di lihat dalam laayr televisi saja.
Kembali ke laptop. Eh maksudnya, kembali ke topik :)
"Geureom, Gosenghaettda!" Seru crew pria itu kepada kami. Aku dan Hye Jin menunduk 90 derajat, dan meninggalkan ruangan itu.
Aku dan Hye Jin berjalan menuju subway station, kami bertukar nomor telpon dijalan, dan membahas tentang film di sepanjang perjalanan. Senang nya hari itu, tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata.
"Hye Jin-Ah!! Bangawo~ Daeume, na-rang Yeonghwa-reul boja!" (hye jin, nice to meet you~ lets watch movie in next time!) kataku sambil melambaikan tangan kepadanya. Konkuk University Station, ya, aku harus pergi duluan meninggalkan nya.
...bersambung...
Comments
Post a Comment